BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali
Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad
Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat
Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan
versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya
yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967,
Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang
Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat
Presiden Republik Indonesia.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam
jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal
dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando
1.2 Rumusan
Masalah
1. Sejarah (detail) kiprah politik presiden soekarno dari masa ke
masa?
2.
Bagaimana
pemerintahan pada masa orde lama?
3.
Bagaimana
penerapan demokrasi orde lama?
4.
Apa
penyebab kondisi keadaan perekonomian negara kita sangat buruk?
5.
Bagaimana masa demokrasi liberal?
6.
Bagaimana
masa demokrasi terpimpin?
7.
Bagaimana
masalah yang dihadapi pada masa pemerintahan soekarno?
8.
Bagaimana
rencana dan kebijaksanaan ekonomi?
9.
Bagaimana
pola kebijakan ekonomi orde lama?
10. Apa saja bukti kemegahan indonesia
peninggalan orde lama?
11. Apa kelebihan
dan kekurangan kepemerintahan Soekarno?
1.3
Tujuan
Penulisan
2.
Agar mengetahui pemerintahan pada masa orde lama
3.
Agar memahami penerapan demokrasi orde lama
4.
Supaya mengetahui penyebab kondisi keadaan perekonomian
negara kita sangat buruk
5.
Supaya memahami masa demokrasi liberal
6.
Supaya memahami masa demokrasi terpimpin
7.
Agar mengerti masalah yang dihadapi pada masa pemerintahan soekarno
8.
Supaya mengetahui rencana dan kebijaksanaan ekonomi
9.
Supaya mengetahui bukti kemegahan indonesia peninggalan
orde lama
10. Supaya memahami
kelebihan dan kekurangan kepemerintahan Soekarno?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kiprah politik
Masa pergerakan nasional
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi
terkenal ketika dia menjadi anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi
Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan
kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang
diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang dengan
berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia
mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar Jong Java
diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil
inspirasi dari Indonesische
Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini.menjadi.cikal.bakal Partai.Nasional.Indonesia yang.didirikan.padatahun 1927. Aktivitas
Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember1929 di
Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara.Banceuy.Pada.tahun 1930 ia.dipindahkan.ke Sukamiskin dan.pada.tahun.itu.ia.memunculkan.pledoinya.yang.fenomenal IndonesiaMenggugat (pledoi),hingga.dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai
Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali
ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini,
Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap
membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga
tahun 1942 Soekarno
diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno
baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang
(1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan
Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di
Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr.
Syamsuddin yang kurang popular.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan
Jepang memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti
Soekarno, Mohammad Hatta, dan
lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik
hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat
Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat
begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah
pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang
melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis
yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato
pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa
meski sebenarnya kita bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan
yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri. Ia aktif dalam usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar
dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.
Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima
langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan
kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia
tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang
terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap
keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi,
pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian
menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat
Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan
organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara
lain dalam kasusromusha.
Masa Perang Revolusi
Ruang
tamu rumah persembunyian Bung Karno di.Rengasdengklok.Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional
mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari
delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia
Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada.tanggal 16.Agustus 1945;.Soekarno.dan Mohammad.Hattadibujuk
oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air PetaRengasdengklok..Tokoh.pemuda.yang.membujuk.antara.lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para
pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan
Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini
disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun
Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan
mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno
menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya
tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci
kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin
kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta
diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada
tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden
dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945
kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa
Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang
yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI)
yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya
mengakui kedaulatan Indonesia secara de
facto setelah mengadakan
pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha
menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan
pasukan NICA (Belanda) yang
membonceng Sekutu (di bawah Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945
di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby. Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno
akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD
1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single
executive). Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah
menjadi semipresidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai
Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan.
Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat
pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar
Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis. Meski sistem pemerintahan berubah, pada
saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting,
terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948serta saat Agresi Militer Belanda II yang
menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah
pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia
internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta
adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Soekarno dan JosipBroz Tito, Setelah PengakuanKedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan
Kedaulatan) , Presiden
Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik
Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang
kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh
rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17
Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden
Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan
Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan
pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya. Mitos
Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat
dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh
bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung"
membuat Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan
menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut
turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada
jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan
Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Soekarno
dan John F. Kennedy
Presiden Soekarno juga banyak memberikan
gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum
merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan
presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung.
Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat
"bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih
mementingkan imperialisme dan kolonialisme,
ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah
peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian
konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang
membuahkan Gerakan Non Blok.
Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya.
Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai
saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai
negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari
kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan
Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri
yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi
berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya
adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Masa Keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal
dengan sebutan Gerakan 30 September atau
G30S pada 1965. Pelaku
sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI
dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian
massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi
Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)
yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Soekarno menolak untuk
membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak
membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari surat tersebut merupakan
perintah kepada Letnan JenderalSoeharto untuk mengambil tindakan yang perlu
guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan
menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua
Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP
MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai
pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden
berhalangan.
Soekarno kemudian membawakan pidato
pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum
ke-IV MPRS.] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan
dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS kemudian meminta Soekarno untuk
melengkapi pidato tersebut. Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun
disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun
kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama. Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno
menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat
tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa maka
MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar
Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
Sakit hingga meninggal
Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur. Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun
sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya,
ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal danpernahmenjalaniperawatandi Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran
Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia
menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional. Ia masih bertahan selama 5 tahun
sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan
status sebagai tahanan politik. Jenazah
Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.
Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan
oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter
kepresidenan.Tidak
lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua
Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.
Komunike medis tersebut menyatakan hal
sebagai berikut:
1.
Pada
hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir.
Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2.
Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam
keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
3.
Tim
dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno
hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar
dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur,
sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres
RI No. 44 tahun 1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari
setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam
ibunya. Upacara pemakaman
Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur
upacara. Pemerintah kemudian
menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Peninggalan
Dalam rangka memperingati 100 tahun
kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno". Prangko
yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno
dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia. Prangko pertama memiliki nilai nominal
Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua
bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara
itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno
saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno
ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang
oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri. Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos
Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko,
empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung
Karno.
Prangko yang menampilkan Soekarno juga
diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada
tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut menampilkan gambar
Soekarno dan presiden Kuba, Fidel
Castro. Penerbitan itu
bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama
Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan
sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks
olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan.
Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid,
Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di
antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan
Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung
Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada
tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang
secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno,Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Sementara itu, Yayasan Bung
Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun
nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Yayasan
tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh
delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarno putra, Megawati Soekarno
Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri, Guruh Soekarno
Putra, Taufan Soekarno Putra, Bayu Soekarno Putra, dan Kartika Sari Dewi
Soekarno.
Pada
tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di
Arena Pekan Raya Jakarta. Di stan tersebut ditampilkan video pidato
Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung
Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden. Selain memperlihatkan video dan foto,
berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut. Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi
pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno. Seseorang yang bernama Soenuso
Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.
Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon ArtileriPertahanan
Udara Sedang. Ia pernah menunjukkan benda-benda yang
dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya
di Cileungsi,Bogor. Benda-benda
tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar
dalam register emas JM London, emas putih
dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna
kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah. Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan
Bank Netherland. Meskipun emas
yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang
memastikan keaslian dari emas tersebut.
Penghargaan
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan
gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri. Perguruan tinggi dalam negeri yang
memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada (19
September 1951), Institut Teknologi Bandung (13 September 1962), Universitas Indonesia (2
Februari 1963), Universitas Hasanuddin (25
April 1963), Institut Agama Islam Negeri
Jakarta (2 Desember
1963), Universitas Padjadjaran (23
Desember 1964), dan Universitas Muhammadiyah (1 Agustus 1965). Sementara itu, Universitas Columbia (AmerikaSerikat), UniversitasBerlin (Jerman), UniversitasLomonosov (Rusia) dan Universitas Al-Azhar (Mesir) merupakan beberapa universitas luar
negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.
Pada
bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama
35 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Penghargaan
tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions
of OR Tambo yang diberikan
dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang
semuanya dilapisi emas. Soekarno
mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas
internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi
inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid. Acara penyerahan penghargaan tersebut
dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati
Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.
Periode menjelang Kemerdekaan RI
·
Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota
di Jepang, Hitoshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah
kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
·
Pada 9.Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada 24 Agustus.
·
Sementara
itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio pada
tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan
menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno,
Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14
Agustus 1945, Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang
telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan
pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para
pejuang Indonesia belum siap.
·
15 Agustus - Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda.
·
Para
pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah
tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945 mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan
membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan
Jepang, apa pun risikonya.
Malam
harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di
kediaman Laksamana Muda Maeda
Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di
Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Mengetahui bahwa proklamasi tanpa
pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan
menyiapkan teksProklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari
tanggal 17
Agustus 1945. Tentara Pembela Tanah Air,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman
Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang pengumuman
proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.
Pasca-Kemerdekaan
Rapat kedua KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir pada tanggal 25-26 November 1945, pada 18 Agustus - PPKI membentuk sebuah pemerintahan
sementara dengan Soekarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
Piagam Jakarta yang memasukkan kata "Islam" di dalam sila Pancasila,
dihilangkan dari mukadimah konstitusi yang baru. Republik Indonesia yang baru
lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Pada 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di
depan umum di Jakarta. Jepang melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan
Heiho. Banyak anggota kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan. Pada 23 Agustus - Soekarno mengirimkan pesan radio
pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata Indonesia yang
pertama mulai dibentuk dari bekas anggota PETA dan Heiho. Beberapa hari
sebelumnya, beberapa batalion PETA telah diberitahu untuk membubarkan diri. Pada 29 Agustus - Rancangan konstitusi bentukan PPKI
yang telah diumumkan pada 18 Agustus, ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno
dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. PPKI
kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). KNIP ini
adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan. Pemerintahan
Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
Sekutu
Sesuai dengan perjanjian, Wina pada tahun 1942 bahwa negara-negara sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendukungnya.Menurut Sekutu sebagai pihak yang memenangkan Perang Dunia II, Lord Mountbatten sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggung jawab kekuasaan atas Sumatra dan Jawa. Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur.
Pada 23 Agustus 1945 tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara sekutu tiba di Jakarta, ia didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook.
Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
Aspek Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai
Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan
politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang
membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal
8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi
nasional. Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati
bangsa Indonesia dengan cara:
·
Melancarkan
semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
·
Melancarkan
simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
·
Menarik
simpati umat Islam untuk pergi Haji
·
Menarik
simpati organisasi Islam MIAI.
·
Melancarkan
politik dumping
·
Mengajak
untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M.
Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari
penahanan Belanda.
Selain propaganda, Jepang juga melakukan
berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan kerjasama seperti
berikut:
·
Putera
(Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan
intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
·
Jawa
Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari
berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan
perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah
yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang). Sistem ini
diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah, Sumatera 3
daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah
penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah
Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
·
Daerah
bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keenambelas
denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
·
Daerah
bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.
·
Daerah
bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua
dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas,
pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam birokrasi
pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat
pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
·
Pembentukan
Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia
sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi
Imamura.
·
Pembentukan
Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit
Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin
oleh Jendral Tanabe.
·
Pembentukan
Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal
dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan militer
sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Aspek Ekonomi dan Sosial
Pada kedua aspek ini, Anda akan
menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan
Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan
sosial dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam
sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
·
Kegiatan
ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya
alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang.
Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting.
Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan
difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan
produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
·
Jepang
menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran
yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran
sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya
harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.
Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan
dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan
pertanian dan perkebunan merusak tanah.
·
Menerapkan
sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan
menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan
dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat
baik fisik maupun material.
Pada tahun 1944, kondisi politis dan
militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan
perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan
kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa
Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah.
Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30%
untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem
ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan
pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau
Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan
untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai
224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan
bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan
seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Aspek Kehidupan Militer
Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer yang dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam perang Pasifik. Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus’.42.Februari.1943).Kondisi.tersebut.diperparah.dengan.jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia
Masa Pendudukan Jepang di Indonesia
adalah masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan Indonesia, selain itu
hampir tidak adanya tantangan yang berarti kepada Belanda sebelumnya. Dalam
masanya yang singkat itu, Jepang membawa dampak yang positif dan juga membawa
dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan
beranggapan masa pendudukan Jepang adalah masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan.
Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah
pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, terutama dalam pembentukan
nasionalisme Indonesia dan pelatihan militer bagi pemuda Indonesia.
Dampak Positif Pendudukan Jepang
Tidak banyak yang mengetahui tentang
dampak positifnya Jepang menduduki Indonesia. Ada pun dampak positif yang dapat
dihadirkan antara lain :
·
Diperbolehkannya
bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan
bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
·
Jepang
mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat
nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya
perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
·
Untuk
mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional
Indonesia seperti Soekarno dengan harapan agar Soekarno mau membantu Jepang
memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para
pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin
rakyatnya.
·
Dalam
bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk
kepentingan bersama.
·
Pembentukan
strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
·
Diperkenalkan
suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line
system (sistem pengaturan
bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi
pangan.
·
Dibentuknya
BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah
ide Pancasila.
·
Jepang
dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi
kepentingan Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal
untuk berperang yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya
pemerintah kolonial Belanda.
·
Dalam
pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan
upacara dalam sekolah.
Dampak Negatif Pendudukan Jepang
Selain dampak positifnya tadi diatas,
Jepang juga membawa dampak negatif yang luar biasa antara lain :
·
Penghapusan
semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang
sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
·
Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama
warga Jawa) untuk kerja paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.
·
Penghimpunan
segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan
perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang
sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
·
Krisis
ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara
besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
·
Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan
terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
·
Kebijakan
fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di
kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas
melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum
mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang
tanpa proses pegadilan.
·
Pembatasan
pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan
Jepang.
·
Terjadinya
kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya perampokan,
pemerkosaan dan lain-lain.
·
Pelarangan
terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan
yang lebih tinggi terasa mustahil.
·
Banyak
guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang
menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
2.1.2 Masa sebelum kemerdekaan
Sebelum
merdeka, Indonesia mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa
periode. Ada empat negara yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis,
Belanda,Inggris, dan Jepang. Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di
Indonesia karena keburu diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian
berkuasa selama sekitar 350 tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih
tersisa hingga kini. Untuk menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, rasanya
perlu membagi masa pendudukan Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan
perubahan-perubahan kebijakan yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan
untuk Indonesia saat itu).
1.
Vereenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC),
Belanda
yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di
Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda
kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), sebuah perusahaan yang
didirikan dengan tujuan untuk menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda,
sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris). Untuk mempermudah aksinya di Hindia
Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
a.
Hak
mencetak uang
b.
Hak
mengangkat dan memberhentikan pegawai
c.
Hak
menyatakan perang dan damai
d.
Hak
untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e.
Hak
untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak
itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun
walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai
VOC. Kenyataannya,
sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai
permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah. Kota-kota dagang dan
jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi
itu. VOC juga belum membangun sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk
pribumi. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie
(kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi)
dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar
harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan
jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan
hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua
aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi
oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dengan
memonopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan menambah isi kas negri Belanda,
dan dengan begitu akan meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu
juga diterapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi
penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di masa itu mencapai 85.300 metrik ton,
melebihi ekspor cengkeh yang Cuma 1.050 metrik ton.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap perlu dilakukan. Perak tetap digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam neraca pembayaran sampai tahun 1870-an.
a.
Pada
tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan
Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh :
Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro
Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro
b.
Penggunaan
tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
c.
Korupsi
yang dilakukan pegawai VOC sendiri.
d.
Pembagian
dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit.
2.
Maka,
VOC diambil-alih (digantikan) oleh republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Republik Bataaf dihadapkan pada suatu
sistem keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di
Eropa (Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah
mencapai puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda
di masa VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa. Sebelum republik Bataaf mulai berbenah,
Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.
3.
Pendudukan
Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah. Sesuai dengan teori-teori mazhab klasik yang saat itu sedang berkembang di Eropa, antara lain :
a.
Pendapat
Adam Smith bahwa tenaga kerja produktif adalah tenaga kerja yang menghasilkan
benda konkrit dan dapat dinilai pasar, sedang tenaga kerja tidak produktif
menghasilkan jasa dimana tidak menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi. Dalam
hal ini, Inggris menginginkan tanah jajahannya juga meningkat kemakmurannya,
agar bisa membeli produk-produk yang di Inggris dan India sudah surplus
(melebihi permintaan).
b.
Pendapat
Adam Smith bahwa salah satu peranan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk
yang dihasilkan (oleh Inggris) dan peranan penduduk dalam menyerap hasil
produksi.
c.
The
quantity theory of money bahwa kenaikan maupun penurunan tingkat harga
dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar.
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain:
Akan tetapi, perubahan yang cukup mendasar dalam perekonomian ini sulit dilakukan, dan bahkan mengalami kegagalan di akhir kekuasaan Inggris yang Cuma seumur jagung di Hindia Belanda. Sebab-sebabnya antara lain:
a.
Masyarakat
Hindia Belanda pada umumnya buta huruf dan kurang mengenal uang, apalagi untuk
menghitung luas tanah yang kena pajak.
b.
Pegawai
pengukur tanah dari Inggris sendiri jumlahnya terlalu sedikit.
c.
Kebijakan
ini kurang didukung raja-raja dan para bangsawan, karena Inggris tak mau
mengakui suksesi jabatan secara turun-temurun.
4.
Cultuur stelstel
Cultuur stelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
Cultuur stelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit, dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram--yaitu kewajiban rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan--dan memotivasi para pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi nonagraris.
Jelasnya, dengan menerapkan cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah. Namun disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar. Biaya yang kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai kapitalis.
5.
Sistem
Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
Adanya desakan dari kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya. Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a.
Keberadaan
pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola
perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai
buruh penggarap tanah.
b.
Prinsip
keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos
tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan
mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.
Laissez
faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas,
pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang
sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
6.
Pendudukan
Jepang(1942-1945),
Pemerintah
militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi
mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang Pasifik. Sebagai akibatnya,
terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan,
karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan militer dan produksi minyak
jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama. Impor dan ekspor
macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil yang
sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
Seperti ini lah sistem sosialis ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang Pasifik.
2.2
Pemerintahan Masa Orde Lama
Demi kebutuhan membentuk Badan Konstituante untuk menyusun
konstitusi baru menggantikan UUD 1945, Bung Karno menyetujui penyelenggaraan
Pemilu tahun 1955, pemilu pertama dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan
Bung Karno. Pemilu tersebut menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI,
Masjumi, NU dan PKI.
Usai Pemilu, Badan Konstituante yang disusun berdasarkan
hasil Pemilu, mulai bersidang untuk menyusun UUD baru. Namun sidang-sidang
secara marathon selama lima tahun gagal mencapai kesepakatan untuk menetapkan sebuah
UUD yang baru.
Menyadari bahwa negara berada di ambang perpecahan, Bung
Karno dengan dukungan Angkatan Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya;
membubarkan Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966,
Bung Karno memerintah dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya
sebagai presiden seumur hidup.
Pemerintahan parlementer yang berpegang pada UUD Sementara,
juga jatuh dan bangun oleh mosi tidak percaya. Akibatnya, kondisi ekonomi
morat-marit. Sementara itu, para pemimpin Masjumi dan PSI terlibat dalam
pemberontakan PRRI/Permesta. Kemudian, Bung Karno membubarkan kedua partai
tersebut.
Pada fase kedua kepemimpinannya, 1959-1967, Bung Karno
menerapkan demokrasi terpimpin. Semua anggota DPRGR dan MPRS diangkat untuk mendukung
program pemerintahannya yang lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno
berusaha keras menggiring partai-partai politik ke dalam ideologisasi
NASAKOM—Nasional, Agama dan Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang
mewakili NASAKOM adalah PNI, NU dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto
Politik USDEK. Dia menggalang dukungan dari semua kekuatan NASAKOM.
Namun di tengah tingginya persaingan politik Nasakom itu,
pada tahun 1963, bangsa ini berhasil membebaskan Irian Barat dari cengkraman
Belanda. Saat itu yang menjadi Panglima Komando Mandala (pembebasan Irja)
adalah Mayjen Soeharto. Tahun
1964-965, Bung Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsanya ke
dalam peperangan (konfrontasi) melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris.
Sementara, dalam kondisi itu, tersiar kabar tentang sakitnya
Bung Karno. Situasi semakin runyam tatkala PKI melancarkan Gerakan 30 September
1965. Tragedi pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat tersebut menimbulkan
situasi chaos di seluruh negeri. Kondisi politik dan keamanan hampir tak
terkendali. Pergolakan
politis pada akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI /
Komunis cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi
rapat2 umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung
Komunis dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah
penyerbuan Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan
dan melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi
Yudha yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia. Menyadari kondisi tersebut, Bung Karno
mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal Soeharto. Ia
mengangkat Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban. Langkah
penertiban pertama yang dilakukan Pak Harto, sejalan dengan tuntutan rakyat
ketika itu, membubarkan PKI.
Bung Karno, setelah tragedi berdarah tersebut, dimintai
pertanggungjawaban di dalam sidang istimewa MPRS tahun 1967. Pidato
pertanggungjawaban Bung Karno ditolak. Orde Lama dibawah pimpinan Presiden
Soekarno berakhir setelah didahului oleh pemberontakan Partai Komunis Indonesia
yang gagal pada tanggal 30 September 1965. Dengan berbekal Surat Perintah
tertanggal 11 Maret 1966, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan
Darat (Kostrad) pada waktu itu, Letjen TNI Soeharto membubarkan PKI dan
organisasi-organisasi masyarakat yang dinaunginya. Kemudian Pak Harto diangkat
selaku Pejabat Presiden. Pak Harto dikukuhkan oleh MPRS menjadi Presiden RI
yang Kedua, Maret 1968.
Gerakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI ini kemudian
berbuntut pada pembunuhan puluhan (ada pula yang mengatakan ratusan) ribu
penduduk Indonesia yang dicurigai terlibat atau bersimpati pada gerakan
komunis. Kuatnya stigma komunis yang menakutkan banyak orang membuat sampai
kini belum pernah ada penyelidikan independen mengenai korban-korban yang jatuh
pada saat itu, meskipun diyakini tidak semua korban memang terbukti bersalah.Atas
dukungan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang dipimpin oleh Ketuanya
saat itu, Letjen TNI Abdul Harris Nasution, Letjen TNI Soeharto kemudian
dikukuhkan menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia. Kekuasaan Orde Baru
dibawah presiden kedua ini dikukuhkan melalui pemilihan umum tahun 1971. Sementara pembangunan ekonomi, selama
22 tahun Indonesia merdeka, praktis dikesampingkan. Kalaupun ada, pembangunan
ekonomi dilaksanakan secara sporadis, tanpa panduan APBN. Pembangunan dilakukan
hanya dengan mengandalkan dana pampasan perang Jepang.
2.2.1
Penerapan Demokrasi Orde Lama
Kabinet-Ali-Sastroamidjojo
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan
paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya
konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri
diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka.
Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama
dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang
berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila
yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode
1959-1966.
Orde Lama telah dikenal prestasinya
dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan mempersatukan bangsa
Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang bagi
kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional
kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin,
Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
Pembentukan Konstituante dan Demokrasi Terpimpin Presiden
Soekarno (1950-1959)
Sebelum
Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo
besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian
antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
& Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan
pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia
diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
1950 yg menganut sistem kabinet parlementer.
Era 1950-1959 adalah
di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung
mulai dari 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959.
2.3 Kondisi Keadaan Perekonomian Negara
Kita Sangat Buruk, Hal Itu Disebabkan Karena :
1.
Inflasi
yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang di negara kita yang sangat tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk
sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah
RI, yaitu mata uang De Javashe Bank ,mata uang pemerintah Hindia Belanda,dan
mata uang pendudukan Jepang. banyaknya uang yang beredar di negara kita
menyebabkan harga-harga di negara kita menjadi meningkat.
2.
Adanya
blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
3.
Kas
negara kosong.
4.
Ekspliotasi
besar-besaran dimasa penjajahan.
Usaha
- Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ekonomi.
1.
Bangsa
kita melakukan Program Pinjaman oleh menteri keuangan IR.
2.
Upaya
melakukan blokade dengan menawarkan bantuan padi sebanyak 500.000 ton ke india
(karena india merupakan Negara yang mempunyai nasib sama seperti Indonesia yang
pernah di jajah) dan india menyerahkan obat-obatan ke Indonesia.
3.
Konferensi
Ekonomi pada bulan februari 1946, yang tujuannya untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat ketika menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesar, seperti
: masalah produksi, makanan, sandang.
4.
Pembentukan
Planning Board (Badan Perancang Ekonomi ) pada tanggal 19 januari 1947.
Upaya- upaya tersebut tahun ke tahun terus dilakukan untuk
merubah perekonomian Indonesia sedikit demi sedikit . Dan Pada saat Demokrasi
Terpimpin sekitar tahun 1959-1967. Sebagai akibat dari dekrit Presiden 5 Juli
1959 Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin yang isinya segala
sesuatu baik stuktur ekonomi indonesia diatur sepenuhnya oleh pemerintah. Hal
ini di lakukan agar dapat membawa kemakmuran masyarakat indonesia. Akan tetapi,
kebijakan ini belum dapat memperbaiki
keadaan kondisi di negara ini. hal ini di lihat ketika pemerintah menjadikan
uang Rp 1.000 menjadi Rp. 1 Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000
kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai
10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka
inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
Beberapa
kebijakan yang diambil dibawah pemerintahan Soekarno diantaranya :
·
Nasionalisasi
Bank Java menjadi Bank Indonesia
Menghadapi ”watak kolonial” yang masih
bercokol terutama di lapangan ekonomi, pemerintah berupaya mengambil langkah
untuk menyelamatkan sektor yang dianggap strategis, terutama perbankan. Pada
tahun 1953, dilakukan nasionalisasi terhadap Bank Java dan kemudian namanya
berubah menjadi ”Bank Indonesia”. Serta membentuk dua Financial Bank yaitu:
Bank Industri Negara (BIN) yang akan membiayai proyek-proyek indutri; dan Bank
Negara Indonesia (BNI) yang menyediakan foreign-exchange sekaligus membiayai
kegiatan impor.
·
Mengamankan
usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak
Langkah pemerintah berikutnya adalah
mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak, seperti:
balai gadai, beberapa wilayah pertanian yang penting, pos, telepon, listrik,
pelabuhan, pertambangan batu bara dan rel kereta. Selanjutnya pemerintah
membiayai perusahan negara melalui BIN di sektor produksi semen, tekstil,
perakitan mobil, gelas, dan botol.
·
Berusaha
memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
Langkah terakhir pemerintah adalah
berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
dengan mendirikan Pusat Perusahaan Perdagangan pada tahun 1948 untuk mengekspor
produk pertanian Indonesia. Pemerintah juga mendirikan USINDO pada tahun 1956
untuk mengekspor industri manufaktur -yang dibiayai oleh BIN- dan mengimpor
bahan mentah untuk keperluan industri mereka.
·
Serta
beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
Hampir seluruh program ekonomi
pemerintahan Soekarno kandas di tengah jalan. sistem ekonomi terpimpin menuntut
seluruh unsur perekonomian Indonesia menjadi alat revolusi. Dalam ekonomi
terpimpin, kegiatan perekonomian ditekankan pada konsepsi gotong royong dan
kekeluargaan sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 33 UUD 1945. Dalam perkembangan
selanjutnya, kegiatan ekonomi pada masa terpimpin juga dilandaskan atas
strategi dasar ekonomi Indonesia yang diamanatkan dalam Deklarasi Ekonomi
(DEKON) oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret 1963.
Pada
masa orde lama ada dua pelaksanaan :
1.
Masa
demokrasi terpimpin
2.
Masa
demokrasi liberal
Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau
demokrasi liberal. Demokrasi pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin
stabilitas politik. Ketegangan politik demokrasi liberal atau parlementer
disebabkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dominanya
politik aliran maksudnya partai politik yang sangat mementingkan kelompok atau
alirannya sendiri dari pada mengutamakan kepentingan bangsa
2.
Landasan
sosial ekonomi rakyat yang masih rendah
3.
Tidak
mampunya para anggota konstituante bersidang dalam mennetukan dasar negara.
2.4
Masa Demokrasi
Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun
sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar
sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez
passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan
pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya
memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
·
Gunting
Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
·
Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
·
Program
Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya
pada importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan
pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif
dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
·
Sistem
ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
·
Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, akan tetapi
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan
tersebut.
2.5
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka
Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan
sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam
sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi,
kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
1.
Devaluasi
yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang. Uang kertas pecahan
Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100,dan semua
simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
2.
Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
3.
Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
2.6
Masalah Yang
Dihadapi Pada Masa Pemerintahan Soekarno
1.
Selama
Orde Lama telah terjadi berbagai penyimpangan, dimana ekonomi terpimpin yang
mula-mula disambut baik oleh bung Hatta, ternyata berubah menjadi ekonomi
komando yang statistik (serba negara). Selama periode 1959 – 1966 ini perekonomian
cepat memburuk dan inflasi merajalela karena politik dijadikan panglima dan pembangunan ekonomi disubordinasikan pada pembangunan
politik. (Mubyarto, 1990).
2.
Ada
hubungan yang erat antara jumlah uang yang beredar dan tingkat harga (Stephen
Genville dalam Anne Booth dan McCawley, ed., 1990).
Tahun
|
DJUB
(%)
|
Dharga
(%)
|
1960
|
39
|
19
|
1961
|
42
|
72
|
1962
|
99
|
158
|
1963
|
95
|
128
|
1964
|
156
|
135
|
1965
|
280
|
595
|
1966
|
763
|
635
|
Sumber : Bank Indonesia, Laporan
Tahunan jakarta, Berbagai Edisi.
Selama tahun 60-an sumber penciptaan
uang oleh sektor pemerintah merupakan penyebab terpenting dari naiknya jumlah
uang yang beredar.
3.
Tahun
1960-an cadangan devisa yang sangat rendah mengakibatkan timbulnya kekurangan bahan mentah dan suku cadang yang
masih harus diimpor dan diperkirakan dalam tahun 1966 sektor industri hanya
bekerja 30% dari kapasitas yang ada (Peter McCawley dalam Anne booth dan Peter
McCawley, ed., 1990).
2.7
Rencana dan Kebijaksanaan Ekonomi
Rencana : pembangunan nasional semesta berencana (PNSB)
1961-1969. Rencana pembangunan ini disusun berlandasarkann “Manfesto Politik
1960” untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dengan azas ekonomi terpimpin.
Faktor yang menghambat/ kelemahannya antara lain :
1.
Rencana
ini tidak mengikuti kaidah-kaidah ekonomi yang lazim.
2.
Defisit
anggaran yang terus meningkat yang mengakibatkan hyper inflasi.
3.
Kondisi
ekonomi dan politik saat itu: dari dunia luar (Barat) Indonesia sudah
terkucilkan karena sikpanya yang konfrontatif. Sementara di dalam negeri
pemerintah selalu mendapat rongrongan dari golongan kekuatan politik
“kontra-revolusi” (Muhammad Sadli, Kompas, 27 Juni 1966, Penyunting Redaksi
Ekonomi Harian Kompas, 1982).
Beberapa
kebijaksanaan ekonomi – keuangan:
1.
Dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961: Bank Indonesia
dilarang menerbitkan laporan keuangan/ statistik keuangan, termasuk analisis
dan perkembangan perekonomian Indonesia.
2.
Pada
tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno memproklamirkan berlakunya Deklarasi
Ekonomi dan pada tanggal 22 Mei 1963 pemerintah menetapkan berbagai peraturan
negara di bidang perdagangan dan kepegawaian.
3.
Pokok
perhatian diberikan pada aspek perbankan, namun nampaknya perhatian ini
diberikan dalam rangka penguasaan wewenang mengelola moneter di tangan
penguasa. Hal ini nampak dengan adanya dualisme dalam mengelola moneter.
(Suroso, 1994).
4.
Kegagalan-kegagalan
dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak
menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak proyek-proyek
mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik
konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga
salahsatu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang
bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam
politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
2.8
Bukti Kemegahan Indonesia Peninggalan Orde Lama
1.
MASJID
ISTIQAL
Masjid Istiqlal adalah masjid yang terletak di pusat ibukota
negara Republik Indonesia, Jakarta. Masjid ini adalah masjid terbesar di Asia Tenggara.
Masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Sukarno
di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid
Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek
Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban.Yang Seorang Kristen, dengan komplek
gereja kathredal di depannya,masjid ini berserta kathredal di depannya dapat
melambangkan persatuan etnis,suku,dan agama
2.
MONAS
(MONUMEN NASIONAL)
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas
atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang
didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk
merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan
monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden
Sukarno, dan monumen ini dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini
dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat
perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional yang terletak tepat di tengah
Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka mulai
pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat setiap hari sepanjang pekan, kecuali
hari senin pada pekan terakhir setiap bulannya monumen ini tutup. Dirancang
oleh 2arsitek, salah satu nya arsitek nomor 1 Indonesia, Silaban dan R. M.
Soedarsono,Bahkan saat ini tugu ini dilengkapi berbagai fasilitas seperti
ruangan bawah tanah seperti bunker dan berbagai peninggalan sejarah, budaya dan
lain-lain Bangsa dan Negara Indonesia. didalam bangunan ini terdapat beberapa
objek yang terbuat dari emas.
3.
ISTANA
BOGOR
Merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik
Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan ini dikarenakan aspek
historis, kebudayaan dan fauna yang menonjol. Salah satunya adalah adanya rusa
– rusanya yang indah yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga
dari dulu sampai sekarang.
Saat
ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu
dan hari libur lainnya berjalan- jalan diseputaran Istana Bogor sambil memberi
makan rusa- rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang
diperoleh dari petani- petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia
menjajakan wortel- wortel tersebut setiap hari libur.
2.9 Pola
kebijakan ekonomi orde lama
Pola.Kebijakan.Ekonomi.Orde.lama.Pada
awal kemerdekaan tahun 1945-1949, ekonomi nasional mengalami kemandegan karena
rakyat Indonesia sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Seluruh potensi
yang ada di kerahkan untuk mendukung pejuangan agar kemerdekaan yang telah di
proklamirkan dapat dipertahankan. Baru setelah indonesia benar-benar memperoleh
kemerdekaaan secara de fakto dan de jure dari penjajah Belanda dan Jepang,
pemerintahan Indonesia yang terbentuk mulai memfokuskan kinerjanya pada
masalah-masalah perekonomian. Namun pada waktu itu, Indonesia yang baru saja
merdeka dari tangan penjajah terjebak di antara dua kutub ideologis, yaitu
Kapitalisme dan Komunisme.
Dua kutub tersebut menjadi suatu keniscayaan dari pengutuban ideologi
politik pasca perang, Amerika serikat di kubu Kapitalis, dan Uni Soviet di kubu
Komunis. Bisanya negara-negara bekas jajahan termasuk Indonesia, secara
ideologi politik sangat berdekatan dengan nilai-nilai sosialisme, karena
sifat-sifat anti-imperialismenya. Pada waktu itu di Indonesia sendiri, terjadi
perbedaan pandangan dan polemik mengenai pembangunan ekonomi pasca kemerdekaan.
Perbedaan pandangan ini berkisar antara aliran “revolusi belum selesai” dan
“revolusi telah selesai”. Saat itu, ada pendapat yang di pelopori oleh Bung
Karno, “bahwa revolusi Indonesia belum selesai, yaitu dengan mengusir
imperialisme dan menghapuskan feodalisme. Selama dua fenomena ini belum
diselesaikan, maka Indonesia belum siap membangun”. Pendapat lain yang di
pelopori oleh bung Hatta, lebih berpendapat, “bahwa semua kegiatan revolusi
hendaknya di hentikan segera agar pemerintah bisa melakukan konsolidasi untuk
memulai pembangunan ekonomi” .
Tampaknya dari kedua pendapat
yang di pelopori oleh para fonding father tersebut, mungkin pendapat yang dapat
di terima pada saat itu oleh pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia secara rasional
adalah pendapat dari Bung Hatta. Karena yang patut disadari adalah bahwa
setelah Indonesia merdeka dari bangsa-bangsa imperialis, negara Indonesia bisa
dikatakan sangat minim Sumber Daya Modal yang akan digunakan untuk membangun
kembali perekonomian Indonesia yang hancur di sebabkan oleh penjajahan tiga
setengah abad lamanya. Untuk itulah, pendapat dari Bung Hatta sangat besar
sekali pengaruhnya bagi kebijakan ekonomi Indonesia, sehingga pendapat tersebut
diimplementasikan secara pragmatis dalam periode Demokrasi Parlementer
1950-1957 . Pada periode ini,
pemerintahan di pimpin oleh seorang Perdana Menteri M. Natsir yang berasal dari
Partai Masyumi.
Kebijaksanaan ekonomi pada periode kabinet Natsir beranggapan bahwa,
pertama : modal asing diperlukan oleh perekonomian Indonesia, kedua : modal
asing dapat di awasi dengan melalui peraturan pemerintah, ketiga :
nasionalisasi perusahaan asing tidak ada gunanya apabila modal asing belum bisa
di gantikan oleh perusahaan-perusahaan pribumi yang mampu mempertahankan
tingkat produktivitas dan efisiensi tehnik serta manajemen yang setara. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo, sebagai Menteri Perdagangan dan Industri pada peiode
demokrasi parlementer juga berpendapat, bahwa “negara harus memainkan peran
yang menentukan, terutama pada tahap awal pembangunannya dan bahwa
pengusaha-pengusaha asing mutlak harus di awasi karena belum terdapat
kelompok-kelompok pengusaha yang kreatif dari kalangan bangsa Indonesia.sendiri”
. Dari Kebijakan ekonomi yang telah di keluarkan oleh pemerintah Indonesia
pasca kemerdekaan, terlihat sangat jelas sekali nilai-nilai nasionalisme yang
terkandung dalam kebijakan “ekonomi nasional” Indonesia. Dalam hal ini banyak
pengamat ekonomi di Indonesia menyebutkan bahwa periode tersebut adalah periode
“nasionalisme ekonomi” yang berarti mencakup tiga dimensi pembangunan ekonomi
Indonesia. Pertama, suatu perekonomian yang beragam dan stabil, yang berarti di
tiadakannya ketergantungan yang besar kepada ekspor bahan mentah. Kedua, suatu
perekonomian yang sudah berkembang dan makmur atau pembangunan ekonomi.
Ketiga, suatu perekonomian dimana satu bagian yang penting dari
pemilikan, pengawasan dan pengelolaan di bidang ekonomi berada di tangan
golongan pribumi atau negara Indonesia, yang berarti pengalihan penguasaan dan
pengelolaan atas kegiatan-kegiatan ekonomi dari tangan orang-orang barat dan
Cina ke tangan orang-orang Indonesia. Untuk melaksanakan kebijakan nasionalisme
ekonomi, pemerintahan pasca kemerdekaan melaksanakan proteksi, satu di antara
beberapa keputusan yang di ambil oleh pemerintah Indonesia adalah menentukan
dan memilih importir-importir yang layak di beri bantuan pemerintah. Para
pengusaha yang dapat melalui penyaringan itu dan berhak atas bantuan
pemerintah, biasanya dinamakan importir-importir “Benteng”.
Secara garis besar, kebijakan yang telah di ambil oleh pemerintahan
pasca kemerdekaan sebenarnya banyak memberikan perubahan-perubahan mendasar
dalam kegiatan pembangunan ekonomi, hal ini terbukti dengan munculnya kegiatan
sektor informal yang menjadi soku guru perekonomian Indonesia saat itu. Di
sektor perdagangan, pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda. Perusahaan di ambil oleh pemerintah, dan seluruh
kegiatan ekspor dan impor di tangani perusahaan negara. Kebijakan ini
memberikan kemudahan bagi industri kecil untuk mendapatkan bahan baku. Industri
kecil, terutama tekstil berkembang pesat. Namun akibat perbedaan pandangan
mengenai perananan perusahaan swasta dan asing dalam mendongkrak perekonomian
di Indonesia, muncul polemik antara kelompok moderat dan konservatif yang di
wakili oleh Partai Masyumi dan PSI, yang saat itu berada pada posisi pucuk
pememerintahan, dengan kerlompok radikal yang di wakili oleh partai ultra
nasionalis radikal, yang menghendaki perubahan struktural yang mendasar dalam
perekonomian .
Akibat polemik yang berkelanjutan mengenai model pembangunan ekonomi
yang sesuai di Indonesia pada awal kemerdekaan menimbulkan konsekwensi langsung
dengan tidak adanya kontinuitas, karena pemerintahan atau kabinet seringkali
mengalami pergantian dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
mengimplementasikan program-programnya dan jatuh sebelum bekerja. Sistem
pemerintahan parlementer di Indonesia waktu itu sesungguhnya tidak sejalan
dengan subtansi demokrasi .
Yang lebih parah lagi adalah pembangunan ekonomi di Indonesia pasca
kemerdekaan selalu gagal di karenakan konflik yang berlangsung antara dua
kelompok yang menganut dua pandangan yang saling bertentangan mengenai
kebijakan ekonomi, pimpinan politik yang konservatif pragmatis lawan pimpinan
politik ultra-nasionalis radikal .
Konflik ini hampir-hampir tak pernah menghasilkan konsensus nasional.
Malahan yang terjadi, seperti yang secara ekstrem di kemukakan oleh Sutter,
adalah bahwa kedua kelompok itu seringkali “saling menjegal dan pemerintah
(seringkali) tetap mandeg dan tidak mampu menangani masalah (ekonomi) tertentu”
. Adanya konflik tersebut (paling tidak untuk sebagian) menyebabkan patronase
politik tersebar luas di antara ke-27 partai politik selama berlangsungnya
periode ini, yang sekitar 20 di antaranya memegang kekuasaan yang besar pada
tingkat nasional dengan menggunakan cara-cara yang sangat mengagumkan di dalam
kabinet dan birokrasi .
Dalam lingkungan seperti inilah klik-klik, dalam hal ini partai-partai
politik, yang merupakan saluran yang jelas, merupakan satuan-satuan utama dalam
proses politik dan menggalakan fungsi patronase dalam masyarakat . Puncak dari
permasalahan tersebut akibat konflik yang berkepanjangan mengenai pembangunan
ekonomi, telah mencapai klimaks-nya ketika pada tahun 1959 Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli i959, yang mengakhiri sistem
demokrasi parlementer dan menggantinya dengan Demokrasi Terpimpin 1959-1965.
Pada periode demokrasi terpimpin terkenal suatu istilah MANIPOL-USDEK yang
dirinci oleh Dr. Roeslan Abdulgani, yang memilik arti, UUD 1945, Sosialisme
Indonesia, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Bangsa Indonesia, sebagai suatu
kebijakan baru mengenai pembangunan ekonomi di negara Indonesia.
Dalam fase pertama Demokrasi Terpimpin (1960-1963) peran elit Angkatan
Darat Indonesia yang di pengaruhi oleh paham neo-Keynesian tampak jelas, dalam
fase kedua (1963-1965) di tandai oleh peran sentral yang di mainkan oleh PKI
dalam kehidupan politik. Inisiatif bergeser dari Angkatan Darat, yang terutama
sibuk dengan usaha mengkonsolidasikan apa yang telah di capainya dan untuk
mempertahankan posisinya, kepada Presiden Soekarno dan PKI yang mendorong
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang radikal dan militan di dalam negeri maupun
gelanggang internasional. Situasi ini pada akhirnya mengakibatkan ambruknya
hubungan segitiga dan keseimbangan kekuasaan antara Presiden Soekarno, Angkatan
Darat dan PKI, ketika enam Jenderal Angkatan darat dibunuh secara keji dalam
suatu percobaan “kup” yang dilancarkan oleh Gerakan 30 September (G.30/S),
peristiwa yang paling berdarah dalam sejarah Indonesia .
Sementara saat demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno tampil menjadi penguasa yang otoriter, angkatan darat secara mantap meluaskan dan memperkukuh kekuasaan politiknya dan partai-partai politik praktis tidak berdaya dan semakin lemah, kecuali PKI yang memperluas pengaruh politiknya di bawah perlindungan Presiden Soekarno . Tampak jelas sekali, bahwa pada periode demokrasi terpimpin ini politik telah menjadi sedemikian rupa, sehingga politik menjadi panglima, dan jalan sosialisme lebih dikembangkan dengan cara manasionalisasi hampir seluruh perusahaan swasta dan asing yang berada di seluruh Indonesia. Kiranya apa yang menjadi polemik awal antara Soekarno dan Hatta mengenai “revolusi belum selesai” dan “revolusi sudah selesai” semakin menjadi-jadi pada periode ini. Soekarno yang mengangkat dirinya sebagi presiden seumur hidup, kian memantapkan slogan-slogannya tentang revolusi yang abadi.
Sementara saat demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno tampil menjadi penguasa yang otoriter, angkatan darat secara mantap meluaskan dan memperkukuh kekuasaan politiknya dan partai-partai politik praktis tidak berdaya dan semakin lemah, kecuali PKI yang memperluas pengaruh politiknya di bawah perlindungan Presiden Soekarno . Tampak jelas sekali, bahwa pada periode demokrasi terpimpin ini politik telah menjadi sedemikian rupa, sehingga politik menjadi panglima, dan jalan sosialisme lebih dikembangkan dengan cara manasionalisasi hampir seluruh perusahaan swasta dan asing yang berada di seluruh Indonesia. Kiranya apa yang menjadi polemik awal antara Soekarno dan Hatta mengenai “revolusi belum selesai” dan “revolusi sudah selesai” semakin menjadi-jadi pada periode ini. Soekarno yang mengangkat dirinya sebagi presiden seumur hidup, kian memantapkan slogan-slogannya tentang revolusi yang abadi.
Kekuasaannya semakin tersentralistik, semua surat kabar di beri
keleluasaan untuk menyediakan kolom penyebarluasan ajaran revolusi Soekarno.
Setiap orang, kelompok ataupun partai politik yang tidak menyetujui
ataran-aturannya di anggap “kontra-revolusioner”, lalu di tangkap dan di
berangus, dan beliau memenuhi penjara-penjara dengan lawan-lawan politiknya.
Namun di balik itu semua, tanpa di sadari akibat kebijakan politik
“revolusioner” yang di jalankan dalam demokrasi terpimpin ini, bencana ekonomi sedang
menghadang negara Indonesia. Sikap masa bodoh pemerintahan Soekarno terhadap
soal-soal ekonomi, tidak konsistennya rencana-rencana ekonomi yang silih
berganti dan buruknya implementasi kebijaksanaa ekonomi merupakan penyebab
kekacauan di bidang ekonomi. Indeks biaya hidup di negara Indonesia membumbung
tinggi dari basis 100 dalam tahun 1957 menjadi 36.000 pada tahun 1965. Jumlah
uang dalam peredaran naik dari 30 miliar hingga hampir 1 triliun rupiah dalam
periode yang sama itu. Pada akhir tahun 1965, defisit anggaran membengkak
menjadi jumlah yang amat besar, 1,5 triliun rupiah, dan Indonesia mulai
mengabaikan pembayaran hutang luar negerinya. Bagian terberat dari dislokasi
ekonomi disebabkan oleh para pekerja di lingkungan white collar (kertas putih)
dan blue collar (kertas biru) wliayah perkotaan.
Di banyak bagian daerah pedalaman, para petani menimbun hasil panen
mereka, menukar produk mereka kepada pengusaha-pengusaha kecil. Dan di mana dan
kapan mereka dapat membayar hutang mereka dengan mata uang yang rendah
nilainya. Tetapi petani juga harus membayar banyak karena sangat kurangnya
pupuk dan pestisida yang membuat berkurangnya hasil pertanian, selain itu juga
karena situasi dan lingkungan pedesaan yang semakin terancam dan kurang aman
yang di sebabkan oleh iklim politik yang di warnai dengan gelombang pembunuhan
. Pada malam peristiwa G.30/S, rupiah tidak lebih bernilai daripada kertas yang
dicetak, memang biaya mencetak uang rupiah melampaui nilai uang yang tercetak .
Tak dapat di sangkal, sebagaimana diamati oleh seorang agronomis, “Indonesia,
terpuruk di karenakan terjadinya mis-manajemen selama lebih dari satu dekade” .
Bung Hatta yang ikut
menandatangani proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dengan Soekarno pada
tanggal 17 Agustus 1945, dan kemudian pecah jalan dengan Soekarno, memberikan
tanggapan, “Nasib Indonesia kini lebih suram dibanding dengan waktu rezim
kolonial Belanda” . Akhirnya pasca kejadian G.30/S, di tingkatan bawah, rakyat
dan mahasiswa dengan slogan “Tiga Tuntutan Rakyat” (Tritura) meminta Presiden
Soekarno mundur dari jabatannya, karena dinilai telah gagal dalam membangun
perekonomian Indonesia, dan di tingkat elit terjadi “kup” yang mengakibatkan di
sisihkannya Soekarno dari kehidupan politik, penghancuran total PKI beserta
semua organisasinya, dan tampilnya militer secara dominan dalam kehidupan
politik. Maka berakhirlah masa Orde Lama dengan membawa “drama revolusinya yang
belum selesai”.
2.10
Kelebihan dan Kelemahan Kepemerintahan Soekarno
Kelebihan
1.
Nasionalisasi
Bank Java menjadi Bank Indonesia.
2.
Mengamankan
usaha-usaha yang menyangkut harkat hidup orang banyak, sehingga dapat di
manfaatkan oleh rakyat.
3.
Berusaha
memutuskan kontrol Belanda dalam bidang perdagangan ekspor-impor
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan untuk memajukan perekonomian indonesia.
4.
Sejak
tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal ini
dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun
(1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan beberapa
proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut.
5.
Rencana
ini mencakup sektor-sektor penting dan menggunakan perhitungan modern. Namun
sayangnya Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat
dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti adanya kekurangan devisa untuk
menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
6.
Dapat
menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan nama Kasimo Plan.
7.
Melakukan
Kebijakan atas pemotongan nilai mata uang.Keuntungan dari kebijakan ini adalah
rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya
orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar ,maka pemerintah mendapat kepercayaan dari
pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
8.
Dapat
menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
9.
Para
pengusaha pribumi secara bertahap dapat berkembang menjadi maju.
10. Dapat bekerjasama antara pengusaha
pribumi dan non pribumi dalam memajukan perekonomian Indonesia.
Kelemahan
1.
Terjadinya
pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya
konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana
revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa.
2.
Perekonomian
juga diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu
Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan
negara-negara komunis.
3.
Adanya
blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negri RI.
4.
Kas
negara kosong.
5.
Buruk
nya perekonomian karena Pengusaha pribumi kalah dalam bersaing dengan pengusaha
nonpribumi yang di sebabkan perekonomian di serahkan pada pasar sesuai
teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.
6.
Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
7.
Devaluasi
yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah
lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
8.
Kegagalan-kegagalan
dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena pemerintah tidak
menghemat pengeluaran-pengeluarannya.
9.
Pada
masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga
sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat.Sekali
lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi
terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis)
baik dalam politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
10. Beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali.
BAB III
ANALISIS
Ir.Soekarno seorang Proklamator RI yang dikenal sebagai seorang yang idealis
dengan Komitmen nya yang tinggi untuk menyejahterakan rakyat dan membebaskan
imperalisme dan kolonialisme barat. Ir.Soekarno seorang komunikator yang ulung
dengan paham nasionalisme, islamisme dan komunisme dan menyebarkan paham
marxisme ini memperoleh kesuksesan dengan merumuskan ajaran marhaenisme
/marxisme dan tidak hanya itu beliau adalah sang pendiri partai nasional
indonesia atau yang disebut juga dengan
(PNI),ir soekarno juga telah banyak berjasa kepada negara ini sang pencetus
pancasila sebagai dasar negara ini berhasil memproklamirkan kemerdekaan RI pada
17 agustus 1945,dan beliau juga merupakan seorang pencetus adanya KAA tahun
1955 di bandung ,dalam memipin sebuah negara tidak lah semudah membalikan
telapak tangan ,ada beberapa kegagalan yang dialami ir Soekarno selama menjabat
sebagai presiden RI yaitu gagal mempersatukan irian barat dan gagalnya
menangani krisis politik yang melanda tahun 1966.
pada tahun ini juga dari segi
ekonomi terdapat pernyataan penolakan soekarno terhadap berbagai bantuan asing
karena paham nasionalisme yang dianut inilah yang dapat diartikan dengan
keyakinan bahwa pembangunan di indonesia termasuk dalam bidang ekonomi harus
berasal dari diri bangsa itu sendiri dan pada akhirnya pada tahun ini pun
terjadi inflasi sebesar 600%
Pertahun dan pada akhirnya membuat kekacauan ekonomi di
indonesia.keadaan ini diperparah dengan eksploitasi SDM dan SDA secara
besar-besaran yang berakibat pada perekonomian diindonesia,kesalahan lagi dalam
masa pemerintaha soekarno adalah penerapan sistem ekonominya yang menggunakan
sistem ekonomi liberal dimana pengusaha pribumi masih lemah bersaing dengan nonpribumi,dan
pada akhirnya malah memperburuk ekonomi setelah kemerdekaan,dalam upaya
mengatasi anjloknya ekonomi indonesia pada saat itu dengan menerapkan
nasionalisasi bank de javasche bank dan mengurangi jumlah uang yang beredar
agar harga turun (gunting syarifudin),dan penerapan sistem perekonomian ali
baba yang menyediakan kredit lisensi bagi usaha swasta nasional.namun sistem
ini pun harus kandas karena program ini tidak berjalan dengan baik dan
kurangnya pengalaman pada pengusaha pribumi. pada akhirnya sistem sistem
tersebut dirubah menjadi masa demokrasi terpimpin Yang menerapkan pembentukan deklarasi
ekonomi ,devaluasi ,dan proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah yang
kemudian gagal lagi karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran pengeluarannya,sekali
lagi ini adalah konsekuensi dari pilihan menggunakan sisteem demokrasi
terpimpin yang selalu berkiblat pada sosialis
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa perekonomian indonesia orde lama
,setelah kemerdekaan hingga tahun 1965 perekonomian indonesia memasuki era
sulit,karena bangsa indonesia mengalami pergolakan sosial politik dan keamanan
yang sangat dahsyat sehingga pertumbuhan ekonomi kurang mendapat perhatian pada
saat itu perekonomian indonesia masih sangat lah minim dan perusahaan
perusahaan pada saat itu mayoritas dimiliki oleh asing,keadaan ini diperparah
dengan eksploitasi SDA dan SDM di indonesia oleh asing sehingga makin
memperburuk ekonomi indonesia pada masa itu ,Soekarno memang telah menciptakan
suatu konsep untuk menyatukan bangsa dengan pancasilanya bahkan dengan
pancasila ini semua yang berbeda – beda merasa satu dan kesatuan,menimbulkan
sikap kebersamaan gotong royong dan beliau merupakan proklamator kemerdekaan untuk
Negara Indonesia. namun walau bagaimana pun seorang pemimpin politik tentu
memiliki kekurangan yang menjadi kehancuran kepemimpinanya,namun dari sekian
banyak kekurangannya yang dimiliki hendaknya kekurangan ini menjadi pelajaran
untuk pemimpin selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://nohfendi.blogspot.com/2013/01/contoh-kasuskepemimpinan.html
Nalia,Wahyu.2011. Sejarah
Presiden Pertama Negara.
http://wahyunalia.blogspot.com/2011/06/sejarah-presiden
pertamanegara.html
NN. 2008. Orde Lama. (http://parisvanjava.net76.net/orla.html
Nurdiana, Dina. 2009.
Revolusi. http://irsoekarno.wordpress.com/category/revolusi/
Zhepa, Rusdi. 2012.
Perkembangan pemerintah orde lama orde baru dan reformasi.
http://rushdiezhepa.wordpress.com/2012/08/23/perkembangan-pemerintah-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi/
http://onlinebuku.com/2009/03/06/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://wikipedia.com/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://farm4.static.flickr.com/3475/3863058767_5e0036314a.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar