BANJIR
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Saya telah browsing di Google tentang bencana banjir di seluruh Indonesia. Hasilnya memang sudah diduga, bahwa tidak ada satu-pun dari 33 Provinsi yang bebas banjir, semua provinsi mulai dari Nangroe Aceh Darussalam sampai provinsi Papua, mengalami banjir. Tidak hanya sekali, berkali-kali bahakan banyak yang terjadi setiap tahun. Berikut artikelnya:
Aceh
Banjir di Aceh
Beberapa kabupaten di Nangroe Aceh Darussalam pada akhir 2006 dihantam banjir bandang dan longsor. Dari pantauan udara terlihat bahwa sejumlah kabupaten, seperti Aceh Tamiang dan Gayu Lues tergenang. Sebagian besar permukiman warga sudah tidak bisa ditunggui karena tingginya genangan air. Mereka terpaksa mengungsi.
Sementara itu di hulu sungai, kayu-kayu gelondongan berserakan di tengah lautan banjir di kawasan Aceh Tamiang. Setelah kawasan ini dihantam banjir bandang, puluhan orang kehilangan nyawa. Sejumlah pejabat saat itu mengakui banjir bandang dan tanah longsor ini disebabkan karena kawasan hutan hulu sungai di Taman Nasional Gunung Leuser sudah rusak.
Kondisi serupa terjadi di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara pertengahan Oktober 2005. Banjir bandang bercampur lumpur, batu, dan kayu telah menghantam permukiman penduduk setelah dua hari berturut-turut dilanda hujan lebat. Saat itu tercatat 65 korban jiwa dan puluhan luka-luka. Ribuan warga harus mengungsi setelah rumah mereka hancur digerus banjir sehingga tidak bisa lagi dihuni. Bahkan sejumlah desa dipenuhi lumpur bercampur batu dan kayu gelondongan yang sengaja ditebang.
Palembang
Banjir di Palembang Sumatera Selatan
Banjir melanda Palembang, Sumatera Selatan kembali merendam ratusan tempat tinggal warga termasuk rumah milik mantan Gubernur Sumatera Selatan Syahrial Osman. Hal itu karena hujan terus menerus mengguyur Palembang sejak Rabu kemarin malam hingga siang tadi. Akibatnya, ratusan rumah di Kecamatan Ilir Timur Dua dan Sekip Jaya terendam banjir setinggi setengah meter.
Banjir telah menenggelamkan ribuan rumah warga di tiga kecamatan, di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Hingga , Rabu (24/2/10 Ribuan rumah warga yang terendam berlokasi di Kecamatan Muara Kelingi, Ulu Cecar, dan Muara Lakitan. Selain pemukiman, ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan juga dipastikan gagal panen. Hingga hari kelima, sebagian warga memilih bertahan di atap rumahnya, dan belum ada yang mengungsi.
Jakarta
Banjir di Jakarta
Hujan Agustus 2010 telah meluruhkan Jakarta. Tak usah bicara soal Kalibata, Bukit Duri, dan Bidara Cina. Di sana sih banjir benar-benar sudah langganan. Sekarang, segitiga emas pun belepotan. Sentra bisnis di jalan Sudirman (Bendungan Hilir, Semanggi, Dukuh Atas), Kuningan, serta seputaran Sarinah-Sabang-Thamrin tenggelam. Kelapa Gading hanya menyisakan atap rumah dan lampu jalan. Listrik mati dan air ledeng mampet. 70 ribu sambungan telepon putus. Jakarta seperti rawa-rawa purba. Lebih dari dua per tiga wilayahnya terendam.
Di tiga lokasi PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN), aktivitas lumpuh. KBN Tanjung Priok dan Marunda memang tidak tergenang air. Tapi, akses jalan menuju ke sana terendam air sepinggang orang dewasa. Tiga hari, belasan ribu karyawan yang bekerja di sana diliburkan. KBN Cakung lebih parah lagi. Sejak Jumat (2 Februari), kawasan industri ini tergenang. Jalan tol di depannya juga ikut terendam dalam. Seminggu tak cukup untuk membuat air surut. Mungkin baru Senin ini pabrik-pabrik di sana mulai beroperasi. Pasti itu pun tidak semua. Pasti kebanyakan karyawan hanya bekerja separuh hari. ”Pabrik-pabrik masih dibersihkan. Mudah-mudahan listrik tetap menyala,” ujar Hartono, Humas PT KBN.
KRL terjebak banjir di Jakarta
Sunter—sentra industri otomotif nasional—lumpuh sepekan. 100 mobil Toyota tenggelam. Menurut Bambang Trisulo, Di Pulogadung, mesin-mesin juga menggigil dalam banjir. Jumat, 2 Februari, kawasan industri ini sudah digenangi air. Senin, air mulai surut, tapi listrik belum menyala. Akhirnya beberapa perusahaan memilih memulangkan karyawannya. Banyak karyawan yang malah sengaja tidak bekerja hingga akhir pekan silam gara-gara rumah mereka kebanjiran. Senin ini, mereka dihadapkan dengan pekerjaan yang menumpuk setelah 10 hari absen.
Tanggal 25 Oktober 2010 transportasi di Jakarta lumpuh (hampir total) karena hujan deras yang mengakibatkan banjir yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan di mana-mana. Perjalanan dari Kuningan ke Kelapa Gading yang biasanya hanya memakan waktu satu jam berubah menjadi tiga jam. http://green.kompasiana.com/iklim/2011/01/24/banjir-melanda-indonesia-i/
Penyebab Banjir
· Curah hujan tinggi
· Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
· Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit.
· Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
· Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
· Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir
· Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
· Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
· Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
· Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
· Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
· Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
Yang Harus Dilakukan Sebelum Banjir
Di Tingkat Warga
Di Tingkat Warga
· Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
· Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda.
· Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir.
· Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.
· Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
Di Tingkat Keluarga
· Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
· Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
· Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
· Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.
Sumber : Leaflet Set BAKORNAS PBP
Yang harus dilakukan pada saat terkena banjir adalah:
1. Jangan panik
2. Utamakan keselamatan diri kita dan keluarga, terutama anak-anak yang masih kecil dan balita.
3. Amankan surat-surat berharga dan file yang penting, seperti surat tanah, ijazah, kartu keluarga, dll.
4. Cabut dan pindahkan semua barang elektronik, turunkan sekring listrik agar tidak terjadi konsleting listrik dan kesetrum.
5. Kita bisa membuat tanggul penahan air sementara di depan pintu rumah kita dari semen, agar air yang masuk kedalam tidak terlalu banyak.
6. Kalau kita ada dijalan dan terhadang banjir, lebih baik tidak memaksakan diri untuk menerobos jika dirasakan berbahaya. Motor atau mobil kita bisa terendam air, kalau sampai turun mesinkan lumayan bikin repot. Lebih baik ambil rute lain. http://assajjad.wordpress.com
Jenis-jenis banjir di Indonesia menurut ahli hidrologi banjir di bagi 3 jenis:
1) Banjir karena sungai meluap
Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada disungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas.
2) Banjir lokal
Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.
3) Banjir akibat pasang surut air laut
Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.
Cara menanggulangi banjir
1. Menggunakan sungai dan selokan sebagaimana mestinya, karena sungai dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
2. Larangan membangun rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau untuk menetap.
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon adalah salah satu penopang kehidupan di suatu ktoa. Banyangkan, bila sebuah kota tidak memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi pohon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.
Dampak banjir bagi pertumbuhan ekonomi
Dampak ekonomi yang ditimbulkan bencana banjir awal Februari 2007 di berbagi daerah di seluruh Indonesia, telah memicu peningkatan laju inflasi, penurunan nilai ekspor hingga anjloknya produki nasional akan berakibat pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Para pengamat ekonomi memprediksikan pertumbuhan ekonomi 2007 hanya 5,9% hingga 6%. Nilai kerugian materil akibat banjir yang menenggelamkan Jakarta bersama beberapa daerah di Indonesia selama minggu pertama Februari 2007, diperkirakan mencapai Rp 4,5 triliun hingga Rp 5 triliun. Sebuah jumlah yang sangat besar, namun sumber lain menyebut Rp 8,8 triliun.Nilai kerugian ini setara dengan jumlah produksi yang dihasilkan seluruh penduduk usia produktif di Indonesia selama setengah hari kerja atau 4 (empat) jam kerja. Jika dianalogikan, untuk membayar kerugian akibat banjir, seluruh masyarakat Indonesia harus bekerja selama 4 (empat) jam tanpa mengkonsumsi apapun (termasuk makan dan minun), baru dapat menutupi kerugian yang ditimbulkan banjir.
Lebih memprihatinkan lagi, dampak bencana tidak hanya merugikan warga Jakarta, tetapi juga seluruh perekonomian nasional. Implikasi seperti ini merupakan konsekuensi logis dari posisi Jakarta sebagai pusat perekonomian nasional. Posisi ini tampak dari proporsi peredaran uang nasional yang didominasi Jakarta hingga lebih dari 60%. Selaras dengan itu, Jakarta juga memberi sumbangan yang juga besar terhadap turbulensi (gangguan) ekonomi yang terjadi.
Salah satu potensi turbulensi adalah daya sumbang Jakarta terhadap laju inflasi. “Jakarta memang barometer dan paling besar bobot inflasinya, sekitar 25 persen,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, seperti dikutip Harian Suara Pembaruan, Jumat (9/2).Tidak mengherankan, jika Jakarta dihantam banjir bandang seperti awal Februari lalu, diperkirakan akan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional. Target-target perekonomian, sebagaimana ekspektasi pemerintah dalam APBN 2007, akan cenderung optimistis karena melemahnya kinerja perekonomian akibat bencana banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar